Kerajaan- Kerajaan Hindu Budha di Indonesia
Kerjaan- Kerajaan Hindu Budha di Indonesia
A. Kerajaan Majapahit
Ketika Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu
Kertanegara) lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali
dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). Ketika
tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu
menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya
berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. Setelah itu, Raden
Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit (1293) dan menobatkan dirinya dengan gelar
Sri Kertarajasa Jayawardhana.Kehidupan
politik yang terjadi di Kerajaan Majapahit dapat dilihat pada masa pemerintahan
raja-raja berikut ini.
B.Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang
sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan
gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing,
Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga
dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo
dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.
Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut
Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 3
Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa
Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk
Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut
agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu
Sindok.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang
juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat,
Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha
beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu baik
agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang
beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut
agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.
Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan
setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan
yang menganut agama Hindu. Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju
sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya. Rakai Pikatan juga berhasil
menyingkirkan seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Balaputradewa yang
merupakan saudara Pramodawardhani. Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan
Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana.
Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah
Wawa. Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan. Terdapat
teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat
pusat Kerajaan Mataram Hancur. Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba
Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.
Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak
di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang). Kemudian pada masa pemerintahan
Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu). Lalu, pada masa pemerintahan
Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu). Kemudian
pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram. Mpu Sindok
kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang.
C. Kerajaan Singasari
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok.
Asal usul Ken Arok tidak jelas. Menurut kitab Pararaton, Ken Arok adalah anak
seorang wanita tani dari Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi). Para ahli
sejarah menduga ayah Ken Arok seorang pejabat kerajaan, mengingat wawasan
berpikir, ambisi, dan strateginya cukup tinggi. Hal itu jarang dimiliki oleh
seorang petani biasa. Pada mulanya Ken Arok hanya merupakan seorang abdi dari
Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Ken Arok setelah mengabdi di Tumapel
ingin menduduki jabatan akuwu dan sekaligus memperistri Ken Dedes (istri
Tunggul Ametung). Dengan menggunakan tipu muslihat yang jitu, Ken Arok dapat
membunuh Tunggul Ametung. Setelah itu, Ken Arok mengangkat dirinya menjadi
akuwu di Tumapel dan memperistri Ken Dedes yang saat itu telah mengandung. Ken
Arok kemudian mengumumkan bahwa dia adalah penjelmaan Dewa Brahma, Wisnu, dan
Syiwa. Hal itu dimaksudkan agar Ken Arok dapat diterima secara sah oleh rakyat
sebagai seorang pemimpin.
Tumapel pada waktu itu menjadi daerah kekuasaan
Kerajaan Kediri yang diperintah oleh Raja Kertajaya atau Dandang Gendis. Ken
Arok ingin memberontak, tetapi menunggu saat yang tepat. Pada tahun 1222
datanglah beberapa pendeta dari Kediri untuk meminta perlindungan kepada Ken
Arok karena tindakan yang sewenang-wenang dari Raja Kertajaya. Ken Arok
menerima dengan senang hati dan mulailah menyusun barisan, menggembleng para
prajurit, dan melakukan propaganda kepada rakyatnya untuk memberontak Kerajaan
Kediri.
Setelah segala sesuatunya siap, berangkatlah sejumlah
besar prajurit Tumapel menuju Kediri. Di daerah Ganter terjadilah peperangan
dahsyat. Semua prajurit Kediri beserta rajanya dapat dibinasakan. Ken Arok
disambut dengan gegap gempita oleh rakyat Tumapel dan Kediri. Selanjutnya, Ken
Arok dinobatkan menjadi raja. Seluruh wilayah bekas Kerajaan Kediri disatukan
dengan Tumapel yang kemudian disebut Kerajaan Singasari. Pusat kerajaan
dipindahkan ke bagian timur, di sebelah Gunung Arjuna.
D. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang ada di
nusantara. Kerajaan yang dikenal dengan kekuatan maritimnya tersebut berhasil
menguasai pulau Sumatra, Jawa, Pesisir Kalimantan, Kamboja, Thailand Selatan,
dan Semenanjung Malaya yang kemudian menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai
kerajaan yang berhasil menguasai perdagangan di Asia-tenggara pada masa itu.
Kata 'Sriwijaya' berasal dari dua suku kata yaitu
'Sri' yang berarti bercahaya atau gemilang dan 'Wijaya' yang berarti
kemenangan. Jadi Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Sriwijaya juga
disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut Shih-li-fo-shih
atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali kerajaan
Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebut Zabaj atau Sribuza
dan Khmer menyebut Malayu. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan
tentang ada 3 pulau Sabadeibei yang berkaitan dengan Sriwijaya.
F. Sejarah Kerajaan Bali
Kerajaan
Bali Kuno terletak di Pulau Bali yang berada di sebelah timur Provinsi Jawa
Timur. Kerajaan Bali mempunyai hubungan sejarah yang erat dengan
kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur, seperti kerajaan Singasari
dan Majapahit.
G. Sejarah Kerajaan Kediri
Pembagian Kerajaan Mataram (Disnati Isana) menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya
(1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Seperti telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu tentang Kerajaan Mataram
Dinasti Isana, begitu Raja Airlangga wafat, terjadilah peperangan antara kedua
bersaudara tersebut. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama
Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai
lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha. Sejak saat itulah berdiri suatu
kerajaan bernama Kediri.
H. Sejarah
Kerajaan Kutai
Kerajaan apa
yang merupakan kerajaan Hindu tertua di nusantara? Yup betul Kerajaan Kutai
jawabanya. Kerajaan Kutai memang kerajaan Hindu tertua di Inonesia yang berdiri
sejak abad ke-5. Bagi sobat yang sedang memperlajari sejarah tentang
kerajaan-kerajaan di Indonesia, pasti kerajaan yang pertama di bahas adalah
Kerajaan Kutai. Nah, bagi sobat yang sedang mencari tahu Sejarah Kerajaan
Kutai.
I. Kerajaan Sunda
Berita tentang kerajaan Hindu-Buddha di Jawa Barat
setelah kerajaan Tarumanegara terdapat dalam naskah Carita Parahyangan, sebuah
sumber berbahasa Sunda Kuno yang ditulis sekitar abad ke-19. Kerajaan Sunda
yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah bagian barat merupakan kerajaan yang
bercorak Hindu cukup kuat dan sedikit menerima pengaruh Buddha.
Daftar Pustaka
http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-kutai.
htmlhttp://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-tarumanagara.html
http://www.zonasiswa.com/2015/06/kerajaan-hindu-budha-di-indonesia.html
http://www.zonasiswa.com/2014/05/sejarah-kerajaan-sriwijaya.html
Komentar
Posting Komentar