Reponding Paper Kelompok 5


Ajaran Budha Dharma tentang manusia dan alam

Dalam bahasa Pali, alam semesta disebut loka, menurut ajaran Budha, seluruh alam ini adalah ciptaan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu, ia disebut sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah arus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal, selalu dalam perubahan dan bukan jiwa, tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat.
Ada tiga tradisi pikiran mengenai asal muasal dunia. Tradisi pikiran pertama menyatakan bahwa dunia ini ada karena alam dan bahwa alam bukanlah suatu kekuatan kepandaian. Bagaimanapun alam bekerja dengan caranya sendiri dan teru berubah.
Tradisi pikiran kedua berkata bahwa dunia diciptakan oleh suatu Tuhan mahakuasa yang bertanggung jawab akan segala sesuatu.
Tradisi pikiran ketiga berkata bahwa awal dunia dan kehidupan ini tidak dapat dibayangkan karena hal itu tidak memiliki awal atau akhir. Ajaran Budha sesuai dengan tradisi ketiga ini. Bertrand Russell mendukung tradisi pikiran ini dengan berkata, “Sama sekali tidak ada alasan untuk menganggap bahwa dunia memiliki suatu permulaan. Gagasan  bahwa segala sesuatu harus memiliki permulaan benar-benar karena miskinnya pikiran kita.” Tentang terjadinya alam ini dikaitkan dengan hukum Pattica-Samuppada. Arti Pattica-Samuppada kurang lebih adalah “muncul bersamaan karena syarat berantai” atau “pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan”.
Yang dimaksud bergantungan disini adalah unsur-unsur penyusun alam semesta, baik materi maupun mental berinteraksi satu sama lain sedemikian hingga tidak satupun yang berdiri secara terpisah, segala sesuatu sama-sama pentingnya.
Prinsip dari ajaran hukum Patticasamuppada diberikan dalam empat rumus/formula pendek yang artinya berbunyi sebagai berikut:
1.                  Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
2.                  Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
3.                  Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
4.                  Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Sistem dunia selalu muncul, berubah, hancur dan hilang di dalam semesta dalam siklus yang tak berpenghujung. Ajaran Budha tidak pernah menyatakan bahwa dunia, matahari, bulan, bintang, angin, air, siang dan malam diciptakan oleh suatu Tuhan yang berkuasa atau seorang Budha.
Umat Budha tidak percaya bahwa dunia akan tiba-tiba berakhir dalam suatu kehancuran total sama sekali. Jika sebagian tertentu dari alam menghilang, sebagian yang lain muncul kembali atau berevolusi dari sisa alam semesta sebelumnya.
Dalam ilmu pengetahuan, pengetahuan tentang alam semesta ditujukan untuk memungkinkan manusia untuk menguasai demi kenyamanan material dan keamanan pribadinya. Tetapi sang Budha mengajarkan bahwa tidak ada pengetahuan nyata apapun yang mampu membebaskan manusia dari rasa sakit.
Dalam Visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas shankharaloka, sattaloka, okasaloka.
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, seperti benda-benda mati, batu, logam, emas.
Sattaloka adalah alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari makhluk yang rendah hingga yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti manusia, hantu, dewa. Dalam sattaloka ada 31 alam kehidupan yang dapat dikelompokkan menjadi:
1.                  Kamaloka, yaitu alam kehidupan yang masih senang dengan nafsu birahi dan terikat oleh panca indranya. Meliputi 11 alam yang dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a.)    Apaya-Bumi, meliputi:
1.                  Alam neraka
2.                  Alam binatang
3.                  Alam syetan
4.                  Alam raksasa asuro.
b.)    Kamasugatu-Bhumi, meliputi:
1.                   Alam para Dewata yang menikmati ciptaan-ciptaan lain,
2.                  Alam dewata yang menikmati ciptaannya sendiri,
3.                  Alam dewata yang menikmati kesenangan,
4.                  Alam dewata Yama,
5.                  Alam 33 dewata
10.  Alam tempat Maharaja
11.  Jagat manusia
Jadi Brahma tidak dapat dikatakan Tuhan yang Maha Esa karena masih berada dalam Samsaracakra yaitu lingkaran roda samsara yaitu Roda kelahiran dan kematian. Di dalam samsaracakra ada tiga alam yaitu alam Brahma tanpa wujud, alam Brahma berujud dan alam Kamaloka. Kamaloka terdiri dari Sorgaloka dan Bumi loka yaitu alam yang dihuni oleh para Dewa dan umat manusia. Brahmaloka maupun Kamaloka ini diciptakan, dilahirkan karena dialam-alam tersebut masih ada penderitaan, umur tua dan mati.
1.                  Ruppaloka, alam bentuk atau alam tempat tinggalnya Rupa-Brahma. Alam ini bisa dicapai dengan mengheningkan cipta dalam samadi. Terdiri 16 alam yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
a.)    Pathama Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam Jhana yang pertama
12.  Brahma Parisajja: alam pengikut Brahma
13.  Brahma Purohita: alam para mentrinya Brahma
14.  Maha Brahma: alam Brahma yang besar.
b.)    Dutiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam Jhana yang kedua
15.  Brahma Parittabha: alam para Brahma yang kurang bercahaya
16.  Brahma Appamanabha: alam para Brahma yang tidak terbatas auranya.
17.  Brahma Abbhassana: alam para Brahma yang gemerlapan cahayanya.
c.)    Tatiya Jhana Bhumi, yaitu ada 3 alam Jhana yang ketiga:
18.  Brahma Parittasubha: alam para Brahma yang kurang auranya,
19.  Brahma Appamanasubha: alam para Brahma yang tidak terbatas auranya
20.  Brahma Subhakinha: alam para Brahma yang auranya penuh dan tetap,
d.)   Catutha Jhana Bhumi, yaitu ada 7 alam Jhana yang keempat,
21.  Brahma Vehapphala: alam para Brahma yang besar pahalanya,
22.  Brahma Asannasatta: ialah alam para Brahma yang kosong dari kesadaran,
23.  Brahma Aviha: alam kediaman para makhluk yang tidak bergerak,
24.  Brahma Atappa: alam kediaman para makhluk/Brahma yang suci,
25.  Brahma Suddassa: alam kediaman para makhluk/Brahma yang indah,
26.  Brahma Sudassi: alam keidiaman para makhluk/Brahma yang terang,
27.  Brahma Akanittha: alam kediaman para makhluk/Brahma yang luhur.[15]
1.                  Arupaloka (alam tanpa bentuk) adalah alam dewa yang tidak berbadan. Ada 4 alam, yaitu:
28.  Akasanancayatana: keadaan konsepsi ruangan yang tanpa batas,
29.  Vinnanancayatana: keadaan konsepsi kesadaran yang tanpa batas,
30.  Akincannayatana: keadaan konspsi kekosongan,
31.  Nevasannanasannayatana: keadaan konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan.
Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup makhluk-makhluk di atas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat makhluk lain.
            Seprti sudah dijelaskan diatas bahwa menurut kepercayaan agama Budha, alam tersebut di atas bukan diciptakan  Tuhan, dan Tuhan tidak mengaturnya. Agama Budha selalu menghindari membicarakan persoalan hubungan Tuhan atau alam mutlak dengan alam yang tidak mutlak Karena dikhawatirkan dapat menimbulkan problem metafisika yang tidak habisnya. Segala sesuatu di alam ini dikembalikan dalam rangkaian sebab akibat, berdasarkan aturan yang berlaku di mana-mana (hukum). Hukum yang tetap, yang pasti, disebut Dharma yang mengatur tata tertib alam semesta, tidak tercipta, kekal dan immanent.
            Dharma yang mengatur alam semesta disebut dharmaniyama yang dapat digolongkan menjadi lima:
1.                  Utuniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energy.
2.                  Bijaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa biologis.
3.                  Karmaniyama, yaitu hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada hukum sebab-akibat.
4.                  Cittaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa batiniah.
5.                  Dharmaniyama, yaitu hukum yang mengatur hal-hal yang tidak termasuk dalam keempat kelompok di atas.
Kelima hukum di atas meliputi semua gejala yang terjadi di alam semesta yang memiliki sifat sendiri dan tidak diatur oleh kekuatan di luar hukum yang berlaku.[16]
1.                  Konsep alam surga dan neraka
Surga adalah tempat sementara di mana mereka yang telah berbuat baik mengalami lebih banyak kesenangan inderawi selama jangka waktu yang lebih lama. Neraka adalah tempat sementara lainnya di mana para pelaku kejahatan mengalami lebih banyak penderitaan fisik dan mental. Tidak dapat dibenarkan untuk percaya bahwa tempat-tempat semacam itu adalah abadi. Tidak ada Tuhan di belakang layar surga dan neraka. Setiap orang mengalami kesakitan atau kesenangan tergantung dari kamma baik dan buruknya. Menurut Budha, dalam neraka akan terbakar oleh sebelas jenis kesakitan fisik dan mental: nafsu, kebencian, khayalan, derita, kehancuran, kematian, kecemasan, ratapan, rasa sakit, kemurungan, dan kesedihan.
Definisi surga dan neraka adalah di mana pun  ada lebih banyak penderitaan, baik di dunia maupun di tempat lain, tempat itu adalah neraka bagi yang menderita. Dan di mana ada lebih banyak kebahagiaan atau kesenangan baik di dunia maupun di tempat keberadaan lain, tempat itu adalah surga bagi mereka yang menikmati kehidupan duniawinya di tempat itu. Karena alam manusia adalah campuran dari penderitaan dan kebahagiaan, manusia mengalami keduanya dan akan dapat menyadari sifat sejati kehidupan.
Kesimpulan
Manusia, menurut ajaran Budha, adalah kumpulan dari kelompok energi fisik dan mental yang selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut Pancakhanda atau lima kelompok kegemaran yaitu:
1.                   Rupakhandha
2.                  Vedanakhandha
3.                  Sannakhandha
4.                  Shankharakhandha
5.                  Vinnanakhandha
Manusia selalu berada dalam dukkha karena hidup menurut ajaran Budha selalu dalam keadaan dukkha, sebagaimana diajarkan dalam Catur Arya Satyani tentang hakikat dari dukkha. Ada 3 macam dukkha, yaitu:
1.                  Dukkha sebagai derita biasa (dukkha-dukkha)
2.                  Dukkha sebagai akibat dari perubahan-perubahan (viparinamadukkha)
3.                  Dukkha sebagai keadaan yang saling bergantung (sankharadukkha)
Anatma merupakan ajaran yang mengatakan bahwa tiada aku yang kekal atau tetap. Bila roh yang dianggap sebagai inti manusia itu bersifat langgeng, maka tak akan terjadi suatu perkembangan ataupun kemunduran. Menurut pendapat Bertrand Russel “Perbedaan lama antara roh dan tubuh telah usai, karena materi telah kehilangan spiritualitasnya. Psikologi sudah menjadi ilmiah. Dalam psikologi modern kepercayaan akan kekekalan tidak mendapat suatu dukungan dari ilmu pengetahuan”.
Tubuh berubah tak henti-hentinya dari detik ke detik, dari kelahiran sampai kematian. Pikiran bahkan berubah lebih cepat lagi. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa batin, badan, atau gabungan tertentu dari keduanya adalah suatu diri yang berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Tidak ada yang dapat berdiri sendiri karena badan maupun batin tergantung dari banyak faktor untuk eksis. Karena apa yang dinamakan “diri” ini hanyalah sekumpulan faktor fisik dan mental yang terkondisi dan selalu dalam perubahan, tidak ada unsur yang nyata atau konkrit di dalam kita.
Ada tiga tradisi pikiran mengenai asal muasal dunia. Tradisi pikiran pertama menyatakan bahwa dunia ini ada karena alam dan bahwa alam bukanlah suatu kekuatan kepandaian. Tradisi pikiran kedua berkata bahwa dunia diciptakan oleh suatu Tuhan mahakuasa yang bertanggung jawab akan segala sesuatu.Tradisi pikiran ketiga berkata bahwa awal dunia dan kehidupan ini tidak dapat dibayangkan karena hal itu tidak memiliki awal atau akhir.
Terjadinya alam ini dikaitkan dengan Patticasamuppada. Prinsip dari ajaran hukum Patticasamuppada diberikan dalam empat rumus/formula pendek yang artinya berbunyi sebagai berikut:
1.                  Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
2.                  Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
3.                  Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu
4.                  Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Alam didolong-golongkan atas:
Shankharaloka adalah alam makhluk yang tidak mempunyai kehendak, seperti benda-benda mati, batu, logam, emas.
Sattaloka adalah alam para makhluk hidup yang mempunyai kehendak mulai dari makhluk yang rendah hingga yang tinggi, kelihatan atau tidak, seperti manusia, hantu, dewa. Alam ini terdiri dari 31 alam, yaitu:
·                     4 Alam Kesengsaraan atau Alam Submanusia: alam neraka, alam hewan, alam hantu, alam asuro.
·                     1 Alam Manusia
·                     6 Alam Dewa
·                     16 Alam Bentuk
·                     4 alam Tanpa Bentuk
Okasaloka adalah alam tempat. Disini terdapat dan hidup makhluk-makhluk di atas, seperti bumi adalah okasaloka tempat manusia hidup dan tempat makhluk lain.
Menurut Budha alam di dunia ini tidak diciptakan oleh Tuhan ataupun sang Budha. Tuhan tidak mengatur alam ini. Yang mengatur adalah Dharma yaitu hukum yang pasti. Dharma yang mengatur alam semesta disebut dharmaniyama yang dapat digolongkan menjadi lima:
1.                  Utuniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa energy.
2.                  Bijaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa biologis.
3.                  Karmaniyama, yaitu hukum yang mengatur bidang moral, yang bertumpu pada hukum sebab-akibat.
4.                  Cittaniyama, yaitu hukum yang menguasai peristiwa-peristiwa batiniah.
10.  Dharmaniyama, yaitu hukum yang mengatur hal-hal yang tidak termasuk dalam keempat kelompok di atas.
Kelima hukum di atas meliputi semua gejala yang terjadi di alam semesta yang memiliki sifat sendiri dan tidak diatur oleh kekuatan di luar hukum yang berlaku.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peta Jalur penyebaran Hindu Buddha di Indonesia

Ajaran Hindu Tentang Ketuhanan