Reponding Paper Kelompok 4
Ajaran Hindu Dharma Tentang
Manusia dan Alam
A. Penciptaan Manusia
Manusia
menurut ajaran agama Hindu terdiri dari tubuh dan jiwa atau roh. Tubuh
merupakan wujud yang kelihatan dan yang bersifat fana. Ada saatnya nanti tubuh
ini mengalami kebinasaan. Sedangkan jiwa atau roh itu bersifat kekal. Hal ini
dapat dilihat dari petikan kitab Bhagawad Gitta II.16 dan Bhagawad Gitta II. 20
di bawah ini:
"Apa yang
tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan pernah ada; apa yang ada tak akan
pernah berhenti ada; keduanya hanya dapat dimengerti oleh orang yang melihat
kebenaran. Yang tak pernah lahir dan mati; juga setelah ada tak akan berhenti
ada, tidak dilahirkan, kekal, abadi, selamanya, tidak mati dikala tubuh jasmani
mati."
Dalam agama
Hindu diajarkan bahwa penciptaan manusia melalui Sari pancamahabhuta yang
bersatu dengan bumi kemudian menciptakan sadrasa (enam rasa), yaitu: rasa
manis, pahit, asam, asin, pedas, dan sepat. Kemudian unsur-unsur ini bercampur
dengan unsur-unsur yang lain, yaitu cita, budhi, ahangkara, dasendrya,
pancatanmatra, dan pancamahabhuta. Pencampuran ini menghasilkan dua unsur benih
kehidupan, yaitu mani wanita (swanita) dan mani laki-laki (sukla). Kedua unsur
benih kehidupan itu bertemu. Pertemuannya terjadi seperti halnya dengan pertemuan
purusa dan prakrti, serta melahirkan manusia.
Sebelum
menciptakan manusia, Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan mulai dari yang paling
halus menuju yang paling kasar, yaitu menciptakan Dewa-dewa (malaikat),
Gandharwa, Pisaca, Raksasa, Yakosa dan sejenisnya, kemudian baru mahluk-mahkluk
berbadan kasar seperti manusia dan binatang. Manusia pertama disebut Manu, atau
Swayambhu yang artinya: Mahluk berfikir yang menjadikan dirinya sendiri. Dari
kata Manu sekarang ini berkembang menjadi kata manusya (manusia) yang berarti:
keturunan manu.
Dalam zaman
Brahmana diuraikan bahwa manusia terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang
tampak dan tak nampak. Bagian yang tampak disebut rupa, yang tersusun dari lima
unsur, yaitu: rambut, kulit, daging, tulang, dan sum-sum. Bagian yang tidak
nampak disebut nama, terdiri dari unsur-unsur yang menentukan hidup. yaitu:
nafas (prana atau atman), akal (budhi), pemikiran (manas), penglihatan (caksu),
dan pendengaran (strotra). Manusia memiliki lima alat pengindraan
(Buddhendriya), yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Juga memiliki lima alat bertindak (karmendriya), yaitu: tangan, alat melahirkan
(upastha), alat mengeluarkan (payu), kaki, lidah.
Dalam diri
manusia terdapat atman yang merupakan percikan dari sifat-sifat sang hyang
widhi, meskipun demikian manusia
tidaklah sempurna, fana, dapat mati. Hal ini disebabkan karena Atman
dipenjarakan di dalam tubuh, yang mengakibatkan manusia dikuasai oleh awidya.
Akibat awidya lebih lanjut ialah manusia dikuasai oleh hukum karma dan samsara,
kelahiran kembali (purnabhawa). Hukum karma tadi dapat menyebabkan orang
dilahirkan kembali sebagai manusia, binatang atau tumbuh-tumbuhan. Jika orang
dilahirkan kembali sebagai manusia, hal itu adalah suatu keuntungan yang besar,
sebab kelahiran kembali sebagai manusia memberi kesempatan untuk meningkatkan
kesempurnaan hidup, guna mengatasi kesengsaraan. Itulah sebabnya dewa-dewa pun
perlu dilahirkan kembali sebagai manusia dulu, agar dapat mencapai kebebasan
abadi (nirwana).
B. Penciptaan Alam
Proses
penciptaan alam semesta berawal dari tidak ada apa-apa, yang ada hanya Tuhan
Yang Maha Esa (Paramasiwa/Nirguna Brahma/Tuhan Tidak berbentuk), sunyi, kosong,
gelap, sepi dan hampa. Kemudian Tuhan mewujudkan diriNya menjadi Sadasiwa/Saguna
Brahma (Tuhan berwujud) yang merupakan penunggalan dari Purusa (unsur dasar
kejiwaan) dan Pradana (unsur dasar kebendaan). Baik Purusa maupun Prakerti
keduanya adalah tanpa permulaan, sifatnya tidak dapat diamati.
Penyatuan
keduanya (unsur dasar kejiwaan dan unsur dasar kebendaan) melahirkan Tiga sifat
yang disebut Triguna yaitu
Satwam: sifat dasarnya tenang,
terang dan menerangi.
Rajas: sifat dasarnya aktif dan
dinamis.
Tamas: sifat dasarnya berat dan
gelap, statis.
Alam ini
dipandang oleh Hinduisme sebagai diciptakan oleh dewa Brahma berkali-kali,
setelah berkali-kali mengalami kehancuran akibat kekuatan penghancur dari Siwa
Mahakala. Dalam tiap-tiap penciptaan terdapat zaman-zaman yang mengandung 4
tingkatan (periode), yaitu:
1. Kreta Yoga, adalah zaman terdapatnya
kebahagiaan abadi.
2. Dvapara Yoga, adalah zaman mulai
timbulnya dosa/noda-noda.
3. Treta Yoga, adalah zaman yang penuh
sengsara dan merajalelanya dosa-dosa.
4. Kali Yoga, adalah zaman yang penuh dengan
kejahatan yang banyak menimpa umat manusia.
Akhirnya
sebagai periode penutup, maka timbullah masa Pralaya yaitu kehancuran total
dari pada alam. Tetapi sesudah itu dewa Brahma menciptakan lagi dunia baru yang
dimulai pada Malam Brahma yang digambarkan sebagai malam gelap gulita.
Menurut
pandangan agama Hindu terhadap alam semesta serta mahluk/manusia ciptaan Maha
pencipta Sang Hyang Widhi ini, bahwa sebelum Hyang Widhi mencipta, sebenarnya
tiada terdapat suatu apapun di alam semesta ini. Pustaka Upanisada
(Brihad-aranyaka dan Chandogya-Upanisada) mengatakan: “sebelum diciptakan alam
ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam diciptakan hanya Hyang Widhi yang ada. Maha
Esa dan tidak ada duanya”. Ciptaan Hyang Widhi adalah merupakan pancaran
ke-Maha-Kuasaan-Nya (Wibhuti) Hyang Widhi Wasa sendiri. Wibhuti ini terpancar
melalui tapa. Tapa adalah pemusatan tenaga fikiran yang terkeram hingga
menimbulkan panas yang memancar. Dalam pustaka Taittrriya-Upanisadha ada
disebutkan “Sang Hyang Widhi Wasa melakukan Tapa. Setelah melakukan Tapa, terciptalah
semuanya, yaitu segala apa yang ada di alam ini. Setelah menciptakan, kedalam
ciptaanNya itu Hyang Widhi menjadi satu”. Kekuatan Tapa-Nya menyebabkan
terwujudnya dunia ini. Bentuk dunia ini bulat seperti telur, maka alam semesta
ini dalam kitab Puruna disebut “Brahma-Anda” (telur Hyang Widhi).
Tegasnya Tuhan
Yang Maha Esa/Sang Hyang Widhi menciptakan alam semesta ini daripada diriNya
sendiri, tetapi karena ke-Maha-Kuasaan-Nya, dirinya itu tetap sempurna. Dalam
kitab Upanisada ada diletakkan:
“Dari yang sempurna lahirlah yang
sempurna, walaupun yang sempurna (Sang Hyang Widhi) diambil oleh yang sempurna
(alam semesta) tetapi sisanya (Sang Hyang Widhi) tetap sempurna adanya”.
Menurut agama
Hindu tidak dapat diketahui kapan alam semesta ini diciptakan, tetapi yang
jelas adalah: Sang Hyang Widhi secara continue mengadakan ciptaan sebagai
tersebut dalam kitab suci Bhagavadgita, Bab III, sloka 24:
“jika aku berhenti bekerja, dunia
ini akan hancur-lebur. Dan aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan semua mahluk/manusia
ini semua”
C. Hubungan Manusia dan Alam
konsep dasar
agama Hindu tentang hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan
hidup/alam dimulai dari konsep “Rta” dan “ Yadnya”.
Rta Sebagai
bagian imanen (tak terpisahkan) dari alam. Manusia pada setiap tahap dalam
kehidupannya dikuasai oleh fenomena dan hukum alam.
Yadnya
merupakan hakikat hubungan antara manusia dengan alam yang terjadi dalam
keadaan harmonis, seimbang antara unsur-unsur yang ada pada alam dan
unsureunsur yang dimiliki oleh manusia. Hubungan timbal balik antara manusia
dan alam harus selalu dijaga, salah satu cara yang dipakai untuk menjaga
hubungan timbal balik ini.
Manusia hidup
dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari
lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungan/alam
semesta. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak
dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh
dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang
tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam.
Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya.
Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan.
Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tenteram dalam diri
manusia.
Komentar
Posting Komentar